Pages

Thursday, December 22, 2011

Dari Darmaga, Bogor ke Bai Basecamp,Sampit

Bai Basecamp KM 107 PT Sarpatim
Bukit Santui, Kotawaringin Timur


Perjalanan ini untuk yang pertama kali bagi diriku untuk keluar dari pulau Jawa. Mungkin bagi sebagian yang lain sudah terbiasa, tapi ini hal baru bagiku. Sesuatu yang baru ini begitu menarik. Perjalanan menuju Sampit, tepatnya ke perusahaan Sarmiento Parakantja Timber atau yang lebih sering disingkat Sarpatim. Perjalanan ini dalam agenda PKL Manajemen Hutan tahun 2011.
Agenda PKL ini berlangsung selama 2 bulan dengan 5 orang kawan-kawan MNH. Waktu 2 bulan bukan waktu yang singkat. Butuh penguatan fisik, pikiran, dan ruhiyah serta materi untuk memaksimalkan kondisi di lapangan nanti. Perjalanan dimulai pukul 02.30 dini hari dari Kampus IPB Darmaga, Bogor tepatnya Bank BNI, cabang IPB. Dingin malam kami tembus. Naik angkot biru menuju terminal Damri. Jauh tak terbayang, mulai terasa bahwa tidak akan menyangka hingga sampai waktu untuk berangkat ke Kalimantan. Duduk dekat pintu angkot sambil melihat bangunan-bangunan di malam hari. Jauh mengawang-awang seperti apa nantinya?.. Jauh dari lingkungan yang biasa, dan jauh dari kehidupan kampus. Merasakan memasuki lingkungan kerja, dan masyarakat yang baru.
Pukul 04.30 sudah di bandara, sejenak duduk di  koridor bandara setelah kutunaikan sembahyang subuh dan panjatkan doa kepada Allah SWT yang begitu luas rezeki-Nya, serta pada orang tua yang senantiasa berdoa dan harap cemas untuk keselamatan diriku. Setelah ayat  suci Al-Qur’an dengan lirih dilantunkan dalam kondisi punggung sudah bersandar di kursi panjang ruang tunggu, sambil meluruskan kaki. Dilanjutkan membaca al-ma’tsurat di pagi hari.   Pagi-pagi sambil melihat aktivitas lalu lalang di bandara internasional ini, bandara Soekarno Hatta. Melepas lelah hingga sang surya menampakkan diri. Silih bergantinya siang dan malam merupakan tanda-tanda kekuasaan diri-Nya.
Pukul 08.00 burung besi ini mengepakkan sayapnya. Selama 1 jam 20 menit perjalanan diatas udara. Untuk pertama kalinya pula aku naik burung besi ini. Pemandangan yang luar biasa ketika lewat diatas pulau borneo. Melewati Taman Nasional Kayan Mentarang. Sungai yang panjang berada dianatara gumpalan hijau-hijau.

Perjalanan tak terasa sudah tiba di Bandara Cilik Riwut, Palangka Raya. Bandara yang cukup kecil dibanding dengan Bandara Soekarno Hatta. Alhamdulillah menginjakkan kaki pertama di pulau sejuta biodiversitas terasa berbeda dan baru. Perjalanan dilanjutkan dengan naik taksi. Cukup berbeda ketika taksi yang ada ternyata mobil sewaan bukan seperti yang biasa di Ibu Kota, tipe sedan. Perjalanan ditempuh sekitar 8 jam. Perjalanan sekitar 4 jam pertama kami tempuh dan berhenti di rumah makan di Kasongan untuk istirahat. Selanjutnya kami beristirahat makan bakso di kota Sampit. Tak terasa sudah dekat dengan perusahaan yang kami tuju. Jalan aspal yang halus, berpindah jalan tanah yang terjal. Benar-benar masuk sampai ke pedalaman hutan. Perjalanan malam hari, tak terasa terpencilnya kondisinya di tengah-tengah hutan karena sudah gelap. Tidak bisa melihat apa-apa disekitar. Setiap perjalanan menemukan kelompok-kelompok rumah panggung, terlihat nyala lampu minyak saja sementara sekitarnya nampak gelap gulita. Sesekali tersorot lampu mobil kami, terlihat mereka berkumpul atau terlihat jelas motor yang di depan rumah penduduk. Kadang-kadang melihat lampu listrik yang terang, sumber yang digunakan berasal dari genset. Tibalah kami bisa melihat nyala-nyala lampu yang banyak dan lebih luas. Tibalah kami di Bai Basecamp PT Sarpatim. Sekitar pukul 20-an sudah tiba di Bai Base Camp dan makan malam kemudian istirahat.

Sunday, October 23, 2011

Hikmah dari Hutan


Arti Syukur..
Bisa jadi Borneo berubah dari ‘gudang kayu’ ke ‘padang ilalang”’ seandainya tak bijak mengelola hutan dengan baik. Borneo telah terkenal dengan kawasan yang menjadi sumber daya alam kayu, tetapi dari tahun ke tahun telah mengalami penurunan. Seandainya pengelolaan yang tak bijak ini terus berjalan tanpa ada sebuah pembenahan maka bisa jadi lahan yang kosong dengan nilai manfaat rendah.
Gambaran  itu bisa jadi pada nikmat yang dinikmati manusia, baik secara personal maupun organisasi/jamaah. Tatanan pondasi, batu bata, atau rangka inti telah dinikmati generasi-genrasi selanjutnya. Tinggal bagaimana mengelola dari ‘gudang nikmat’ tadi menjadi sebuah keberkahan.

Nilai potensi..
Sudah seharusnya areal di kawasan hutan tidak dibiarkan berpotensi menjadi ‘lahan tidur’. Karena menjadikan ‘nilai harapan lahan’ menurun. Selain itu lambat hasil produktivitasnya (pada awal waktu, butuh penyiapan lahan). Ditambah lagi berpengaruh pada sistem pengelolaan kelestarian hutan, dan flora serta fauna.
Begitu juga kondisi anggota-anggota dalam sebuah organisasi atau komunitas. Butuh pengembangan sehingga memberikan nilai manfaat yang jauh besar. Sejalan dengan korelasi ‘nilai harapan’ yang makin besar. Jangan sampai menjadi anggota yang tak terberdayakan..


Sunday, January 23, 2011

Keluarga Kudusku di IPB...

Setiap momen diawali dengan sebuah pertemuan, dan ada sebuah penutup  atau perpisahan. Namun, perpisahan itu bukan menjadi akhir jalinan silaturahim, justru menandakan sebuah frekuensi dalam silaturahim. Selain itu, jalinan itu tidak ptutus hanya pada momen tersebut hanya bertambah luas areal jalinan itu. Begitu pun momen yang aku dapatkan dari wadah kekeluargaan ini, aku merasa hanya satu mosaik dari penciptaan keutuhan keluarga(mahasiswa) rantauan. Senantiasa ini berguna dalam bersosial,. Saat ini manfaat belum terasa besar, yang pasti nanti bahkan mengingatkan kenangan.. satu mosaik daris sebuah puzzle besar..